Mungkin selama ini kita mengira bahwa kebahagiaan adalah soal mendapatkan, memiliki, mencapai, menaklukan tapi apa yang kita rasakan justru membuktikan sebaliknya. Yang otak kita kejar adalah sensasi atau perasaan saat berlarinya bukan perasaan saat mencapai garis finish-nya.
Bahkan saat semuanya sudah ada di tangan kita tetap bisa merasa hampa seolah ada jurang halus antara harapan dan kenyataan, antara keinginan yang memuncak dan rasa puas yang tak kunjung datang.
Rasa Kosong yang Berulang
Kontras dari puncak ke biasa itu memunculkan rasa kosong yang spesifik, seperti ingin sesuatu tapi tak jelas apa? Karena pola ini berulang rasa kosongnya juga berulang maka ia terasa seperti bayangan yang selalu kembali.
Bukan Kelemahan Diri
Kita tidak perlu cepat-cepat menyalahkan diri sendiri atau merasa ini kegagalan mengontrol diri kita. Apa yang kita alami adalah pengalaman manusiawi yang sangat umum bukan berarti ini adalah kelemahan kita secara moral karena terlalu materialistis.
Ini justru struktur emosi dan otak yang membuat kita selalu dalam mode mengejar. Kalau kita tidak menyadarinya, kita akan terjebak menyalahkan diri sendiri atas sesuatu yang sebenarnya bekerja di balik layar otak kita.
Rasa hampa setelah pencapaian bukanlah kegagalan diri kita, tapi bagian dari pengalaman manusiawi yang universal. Kita tidak perlu merasa broken atau salah.
Mungkin tujuannya bukan menghilangkan rasa kosong itu, tapi belajar hidup bersamanya tanpa terus menyalahkan diri sendiri.