Skip to content

Dunia Modern dan Berbagai Standarnya

Di dunia modern sekarang standar tentang manusia sejati semakin erat dikaitkan dengan produktivitas. Orang dihargai berdasarkan seberapa keras mereka bekerja, seberapa banyak mereka menghasilkan atau seberapa besar kontribusi mereka bagi masyarakat.

Standar Demi Standar

Seseorang harus seperti ini dan seperti itu, standar demi standar untuk mendewakan kemanusiaan itu sendiri. Jika seseorang tidak bisa memenuhi standar ini entah karena kondisi fisik, mental atau sekedar memilih jalan yang berbeda ia pasti dianggap tidak berharga.

Seorang difabel yang tidak bisa bekerja penuh waktu, seorang lansia yang tidak bisa lagi produktif atau seseorang yang menghabiskan hidupnya melakukan hal-hal yang dianggap tidak berguna oleh pasar seringkali dipinggirkan.

Manusia Sebagai Alat Ukur

Kita diajarkan bahwa nilai kita sebagai manusia harus selalu diukur dari seberapa bermanfaat kita bagi orang lain. Seolah-olah keberadaan kita hanya valid ketika kita bisa "memberikan sesuatu" kepada dunia.

Tapi apakah benar begitu? Apakah nilai seseorang hanya bisa diukur dari output yang mereka hasilkan?

Kompleksitas yang Tidak Bisa Dikategorikan

Pengalaman hidup, pilihan dan identitas individu adalah sesuatu yang tidak dapat dikategorikan dengan sempit ke dalam aturan norma, definisi, dan konsep umum.

Setiap orang punya cerita, konteks, dan alasan yang berbeda-beda. Ada yang memilih slow living, ada yang fokus pada keluarga, ada yang mengejar passion meski tidak menguntungkan secara finansial.

Mengapa semua ini harus dipaksa masuk ke dalam satu definisi tentang "manusia yang berharga"?

Nilai Inherent Manusia

Mungkin yang perlu kita pertanyakan adalah: apakah nilai manusia benar-benar harus "dibuktikan" melalui produktivitas?

Atau sebenarnya, setiap manusia sudah memiliki nilai yang inherent—nilai yang ada begitu saja, tanpa perlu dibuktikan atau diukur dengan standar eksternal apapun.


Kita hidup di dunia yang terobsesi dengan "berguna" dan "produktif". Tapi mungkin saatnya kita mulai mempertanyakan: berguna untuk siapa? Produktif untuk apa?